No
Ticket No Game adalah gerakan positif untuk menghargai sebuah tim sepak
bola dengan tangan kita sendiri untuk membeli ticket. Gerakan ini adalah
bentuk penyelamatan untuk tim tim yang mulai bertumbangan karena APBD
tak lagi mengucur ke kas Club peserta liga. No Ticket No Game tak bisa
dipungkiri lahir di sleman tepatnya dari pendukung PSS Sleman.
Kala itu PSS sedang mengalami krisis financial yang tentu membuat PSS
Sleman kembang kempis dalam mengarungi kompetisi. Pendukung Sleman atau
yang sering kita sebut dengan Sleman Fans membuat gerakan membantu
keuangan club dengan secarik ticket dan di beri nama “No Ticket No
Game”.
Sering kita jumpai sebuah pertandingan terlihat penuh
sesak manusia di stadion namun miris ketika pemasukan hanya 30% dari
jumlah penonton yang ada. Ya budaya “gratisan” adalah salah satu faktor
terbunuhnya tim tim liga Indonesia dalam kondisi saat ini. Sleman Fans
bukan tidak mudah menyadarkan bahwa membeli ticket itu penting,
perjuangan mereka mengedukasi masyarakatnya perlu diapresiasi. Dari yang
bangga bisa masuk gratisan kini di Sleman punya budaya baru malu
menyaksikan pertandingan pemain sudah bekerja keras namun masuk tanpa
ticket. “Malu” itulah yang mereka tekankan dalam menerapkan No Ticket No
Game bahkan membeli ticket adalah sebuah kebangaan tersendiri bagi
mereka saat ini. Kampanye mereka diapresiasi kedalam jersey pemain musim
lalu yang menempel sebagai sponsor utama PSS Sleman. Satu satunya club
di Indonesia pertama dengan sponsor sebuah ticket dari penontonya.
PSS rata rata meraup 400 - 500 juta disetiap pertandingan home mereka.
Tak hayal jika mereka mampu mengontrak pemain sekaliber juan revi yang
kini di gaji arema malang yang mempunyai sponsor banyak. Ini bukti bahwa
No Ticket No Game adalah salah satu solusi keuangan club yang nyata.
Namun miris melihat kampanye yang baik ini ternoda di Semarang ketika
ticket mereka memampang jelas kata No Ticket No Game dengan gambar
seorang caleg. Bukti nyata sepak bola Indonesia rusak hanya karena
politik. No Ticket No Game sejatinya memerangi politik sepak bola dengan
bertahan tanpa APBD yang syarat dengan politik kini pun ditunggangi
politik. Semoga apa yang di contoh dari Sleman bukan hanya No Ticket No
Game saja namun juga “No Politika” gerakan menendang politik/kampanye
masuk ke ranah sepak bola. Yang bisa merubah dan menyelamatkan sepak
bola Indonesia ya hanya kita sendiri, ditangan kita sendiri.
Maju terus sepak bola Indonesia!