TIGA klub sepakbola asal Daerah Istimewa Yogyakarta
yang berkompetisi di level Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama
(DU) sedang mengalami prahara di awal musim kompetisi 2014/2015. Mereka
tak lain Persiba Bantul yang merumput di kasta tertinggi sepakbola
Indonesia, PSIM Yogakarta dan PSS Sleman ditataran kompetisi kedua.
Masing-masing klub itu masing-masing didera masalah berbeda di saat
kompetisi baru dan akan berlangsung, PSIM Yogyakarta misalnya, klub
kesayangan warga Yogya itu sudah babak belur lebih awal lantaran tak ada
dana operasional untuk menjalankan tim, bahkan jelang DU dimulai, belum
ada gerakan nyata dari pemangku kebijakan PSIM.
Hanya saja, persiapan PSIM yang lamban tak terlepas dari mundurnya
pelaksanaan kompetisi yang baru akan digelar April mendatang, hal itu
akan berdampak pada proses pembentukan tim PSIM yang hanya punya waktu
efektif sebulan mendatang.
Ketua Umum PSIM Yogyakarta, Haryadi Suyuti akhir pekan lalu
mengatakan, setelah tahu kepastian kompetisi digelar minggu ini ada
pertemuan dengan pengurus PT Putra Insan Mandiri (PIM) yang mengelola
PSIM.
Haryadi menyebut, pertemuan akan membahas hasil kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan kick off meeting di Surabaya yang dilakukan akhir Januari lalu. "Kita akan komunikasi data hasil pertemuan di Surabaya,"katanya.
Jika persyaratan verifikasi klub lolos, PSIM masih harus berjibaku
mencari sumber keuangan untuk menopang kelangsung tim semusim mendatang.
Sebab, masih tergiang dibenak pecinta PSIM, semusim lalu, Laskar
Mataram kelimpungan tak mampu membayar biaya operasional klub.
Tim kedua yang terdampak mundur pelaksanaan kompetisi adalah PSS
Sleman, padahal klub berjuluk Elang Jawa (Elja) awalnya sudah sangat
siap menyongsong pelaksanaan kompetisi DU 2014. Skuat baru sudah
diseleksi dan tinggal menunggu proses teken kontrak hitam di atas putih
pada pertengahan minggu kedua Februari.
Namun selang satu hari proses tandatangan dilakukan, mereka tiba-tiba
ditinggal sejumlah pemain inti yang menyebrang ke klub lain, status
kontrak pemain yang tak kunjung dipatenkan jadi satu diantara penyebab
pemain pergi.
"Memang inginnya segera ada kejelasan agar tak ada pemain lain lagi
yang pergi, saya juga tak tak tahu masalah apa yang sebenarnya
terjadi,"kata Eli Nasoka.
Saktiawan Sinaga, yang digadang-gadang jadi ujung tombak PSS Sleman
pun kebingungan menentukan sikap ke depan. Dia akhirnya memilih untuk
tetap stay di Medan sebelum ada kejelasan kapan kontrak akan dilakukan.
Tak berhenti disitu saja, Selasa (11/2/2014) Manager Tim dan Manager
Operasional PSS Sleman mengundurkan diri dari kepengurusan PSS Sleman.
Tak lagi nyaman diungkapkan keduanya memilih mundur dari jabatan yang
sebelumnya dipercayakan kepada mereka.
Tim terakhir yang tak luput dari ujian di awal musim yaitu Persiba
Bantul. Laskar Sultan Agung itu mendapatkan ujian berat untuk bertahan
di level ISL, selain masalah keuangan, bentrok antar suporter Persiba,
faktor perkara yang sedang membelit Idham Samawi juga mempengaruhi
kelangsungan Persiba.
"Kami masih menunggu instruksi opsi soal mundur tidaknya Persiba dari kompetisi,"kata Manager Persiba Bantul, Hanung Rahardjo.
Sebelum ada keputusan dari Idham, tim Persiba tetap berlatih
semampunya, apalagi mereka bertanding lagi pada Rabu (19/2) melawan PSM
Makasar, setelah kalah dikandang sendiri lawan Persiram Raja Ampat.
Puncaknya, seorang suporter Paserbumi yang selama ini mendukung
Persiba Bantul akhirnya meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit.
Alm Jupita termasuk jadi korban perkelahian antar suporter Persiba yang
terjadi saat menghadapi Persiram. (Iwan al Khasni)
(Tribun Jogja)